Kamis, 18 Juni 2009

metode problem solving

0komentar
1. PENDAHULUAN
Metode perpaduan Problem Solving merupakan salah satu Metode pembelajaran dimana kegiatan belajar mengajar dipusatkan pada siswa. Berdasarkan observasi dan sudah menjadi santapan umum bahwa pengajaran oleh guru biasanya dilakukan dengan metode ceramah dan tanya jawab.
Metode pengajaran seperti ini belum memberikan hasil belajar yang memuaskan pada diri siswa. Oleh sebab itu, peneliti menerapkan metode perpaduan Problem Solving untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
Pemecahan masalah (problem solving) dapat didefenisikan sebagai suatu proses penghilangan perbedaan atau ketidaksesuaian yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan hasil yang diinginkan. Salah satu bagian dari proses peme-cahan masalah adalah pengambilan keputusan (decision making) yang didefenisikan sebagai memilih solusi terbaik dari sejumlah alternatif yang tersedia. Pengambilan keputusan yang tidak tepat akan mempengaruhi kualitas hasil pemecahan masalah yang dilakukan. Kemampuan untuk melakukan pemecahan masalah adalah keterampilan yang dibutuhkan oleh hampir semua orang dalam aspek kehidupannya. Akan tetapi, keterampilan ini menjadi lebih penting lagi perannya, bila dikait-kan dengan posisi seorang pemimpin yang melaksanakan tugas-tugas kepemim-pinannya dalam suatu organisasi. Pimpinan yang mampu menyelesaikan masa-lah organisasinya dengan tepat dan benar, dipastikan akan dapat mengambil keputusan yang tepat untuk memperlancar kepemimpinannya. Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
Beragam teori tentang pemecahan masalah telah dihasilkan oleh banyak pakar dan ahli manajemen. Akan tetapi, dari sederetan teori tersebut, metode pemecahan masalah secara analitis dipandang sebagai teori yang ‘mempan’ untuk beragam kondisi dan suasana organisasi. Metode ini adalah salah satu pendekatan pemecahan masalah yang sering dilakukan, serta bisa meningkat-kan kualitas individu. Dengan menggunakan metode ini, seseorang dituntut untuk bisa lebih kreatif dalam menganalisa sebuah permasalahan. Kendatipun demikian, keberhasilan metode ini sangat bergantung kepada kepiawaian indi-vidu atau pemimpin yang terlibat dalam masalah yang hendak diselesaikan itu.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN METODE PROBLEM SOLVING
Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut:
1. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
2. Berpikir dan bertindak kreatif.
3. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
4. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
5. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
6. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
7. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.
Kelemahan metode problem solving sebagai berikut:
1. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
2. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.


1. LANGKAH-LANGKAH PEMECAHAN MASALAH
Dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi, terutama dalam kepemimpinan sebuah organisasi (kelas), ada beberapa langkah yang harus dilalui, yaitu :
1. Menganalisa Masalah
Pada bagian ini, kita dituntut untuk bisa menganalisa atau melakukan diagnosa terhadap sebuah masalah, kejadian, peristiwa atau situasi supaya kita bisa fokus pada masalah yang sebenarnya. Seringkali orang dalam mela-kukan pemecahan masalah terjebak pada gejala-gejala yang timbul dari masalah tersebut.
Agar kita bisa memfokuskan perhatian kita pada masalah sebenarnya, dan bukan pada gejala-gejala yang muncul, maka dalam proses mendefenisi-kan suatu masalah, diperlukan upaya mencari informasi yang diperlukan sebanyak-banyaknya. Dengan demikian diharapkan, kita bisa mendefensi-kan masalahnya dengan tepat dan benar.
Berikut ini adalah beberapa karakteristik dari pendefenisian masalah yang baik :
1. Fakta dipisahkan dari opini atau spekulasi. Data objektif harus dipisah-kan dari persepsi.
2. Semua pihak yang terlibat diperlukan sebagai sumber informasi.
3. Masalah harus dinyatakan secara tegas. Hal ini seringkali dapat meng-hindarkan kita dari pembuatan defenisi yang tidak jelas.
4. Defenisi yang dibuat harus menyatakan dengan jelas adanya ketidak-sesuaian antara standar atau harapan yang telah ditetapkan sebelumnya dan kenyataan yang terjadi.
5. Defenisi yang dibuat harus menyatakan dengan jelas pihak-pihak yang terkait atau berkepentingan dengan terjadinya masalah itu.
2. Membuat Alternatif Pemecahan Masalah
Setelah kita berhasil mendiagnosa masalah tersebut dengan tepat dan benar, langkah berikutnya yang harus dilakukan adalah membuat sejumlah alternatif pemecahan masalah. Pada tahap ini, kita diharapkan dapat memi-lih hanya satu solusi, sebelum alternatif solusi-solusi yang ada diusulkan. Dengan memilih satu solusi masalah yang ditawarkan akan menjadikan kualitas pemecahan masalah lebih efektif dan efesien.
Ada beberapa karakteristik pembuatan masalah yang harus diperha-tikan, yakni :
a. Semua alternatif yang ada sebaiknya diusulkan dan dikemukakan terle-bih dahulu sebelum kemudian dilakukan evaluasi.
b. Alternatif-alternatif yang ada, diusulkan oleh semua orang yang terlibat dalam penyelesaian masalah. Semakin banyak orang yang mengusulkan alternatif, semakin bagus pula untuk meningkatkan kualitas solusi dan penerimaan kelompok.
c. Alternatif-alternatif yang diusulkan harus sejalan dengan tujuan atau kebijakan organisasi. Kritik dapat menjadi penghambat, baik terhadap proses organisasi maupun proses pembuatan alternatif pemecahan masalah.
d. Alternatif-alternatif yang diusulkan perlu mempertimbangkan konse-kuensi yang muncul dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
e. Alternatif-alternatif yang ada saling melengkapi satu dengan yang lain. Gagasan yang kurang menarik, bisa menjadi gagasan yang menarik bila dikombinasikan dengan gagasan-gagasan lainnya.
f. Alternatif yang diusulkan harus dapat menyelesaikan masalah yang telah didefenisikan dengan baik. Masalah lainnya yang muncul, mungkin juga penting. Namun dapat diabaikan bila tidak secara langsung mempenga-ruhi pemecahan masalah utama yang sedang terjadi.
3. Mengevaluasi Alternatif-alternatif
Setelah kita berhasil mengenali karakteristik pembuatan alternatif tersebut di atas, kita perlu pula untuk mengevaluasi alternatif-alternatif pemecahan masalah yang telah diambil. Pada tahap ini, kita dituntut untuk berhati-hati memberikan penilaian keuntungan dan kerugian terhadap alternatif-alternatif yang diambil. Agar kita tidak terjebak pada kesalahan dalam penentuan solusian atau pemecahan masalah, maka pada tahap evaluasi ini kita harus memperhatikan :
1. Tingkat kemungkinannya untuk dapat menyelesaikan masalah tanpa menyebabkan terjadinya masalah lain yang tidak diperkirakan sebelum-nya.
2. Tingkat penerimaan dari semua orang yang terlibat di dalamnya.
3. Tingkat kemungkinan penerapannya.
Berikut ini adalah karakteristik-karakteristik dari evaluasi alternatif pemecahan masalah yang baik :
a. Alternatif-alternatif yang ada dinilai secara relatif berdasarkan suatu standar yang optimal, bukan sekadar standar yang memuaskan.
b. Penilaian terhadap alternatif-alternatif yang ada dilakukan secara siste-matis, sehingga semua alternatif yang diusulkan akan dipertimbangkan.
c. Alternatif-alternatif yang ada dinilai berdasarkan kesesuaiannya dengan tujuan organisasi dan mempertimbangan pandangan-pandangan dari orang lain yang terlibat di dalamnya.
d. Alternatif-alternatif yang ada dinilai berdasarkan dampak yang mung-kin ditimbulkannya, baik secara langsung maupun tidak langsung.
e. Alternatif yang paling dipilih dinyatakan secara tegas.
4. Rencana Tindak Lanjut
Yang harus dilakukan selanjutnya adalah penerapan solusi yang telah kita pilih pada bagian pencarian alternatif pemecahan masalah. Pada bagian ini, seorang penentu kebijakan harus peka pada keadaan yang mungkin timbul terhadap solusi yang dijalankan, karena bagaimana pun, setiap solusi yang ditawarkan selalu ada titik balik yang kemungkinan ada reaksi negatif.
Berikut ini adalah karakteristik dari penerapan dan rencana tindak lanjut yang efektif :
1. Penerapan solusi dilakukan pada saat yang tepat dan dalam urutan yang benar. Penerapan tidak mengabaikan faktor-faktor yang membatasi dan tidak akan terjadi sebelum tahap 1, 2, dan 3 dalam proses pemecahan masalah dilakukan.
2. Penerapan solusi dilakukan dengan menggunakan strategi “sedikit demi sedikit” dengan tujuan meminimalkan terjadinya perlawanan dan me-ningkatkan dukungan.
3. Proses penerapan solusi meliputi juga proses pemberian umpan balik. Berhasil tidaknya penerapan solusi, haris dikomunikasikan, sehingga terhadi proses pertukaran informasi.
4. Keterlibatan dari orang-orang yang akan terkena dampak dari penera-pan solusi dianjurkan dengan tujuan untuk membangun dukungan dan komitmen.
5. Adanya sistem monitoring yang dapat memantau penerapan solusi secara berkesinambungan.
6. Penilaian terhadap keberhasilan penerapan solusi berdasarkan atas terselesaikannya masalah yang dihadapi, bukan karena adanya manfaat lain yang diperoleh dengan adanya penerapan solusi ini. Sebuah solusi tidak dapat dianggap berhasil bila masalah yang menjadi pertimbangan yang utama tidak terselesaikan dengan baik, walaupun mungkin muncul dampak positif lainnya.

1. MEMANAJEMEN PEMECAHAN MASALAH
Menghadapi masalah dan memecahkannya secara berulang-ulang, dapat menjadikan kita dewasa dan memiliki filosofis hidup. Kekuatan filosofis kehi-dupan adalah sejauhmana kita bisa mene-mukan tujuan hakiki hidup ini.
Salah satu pendekatan yang kerap digunakan dalam memanajemen peme-cahan masalah adalah dengan menggunakan kiat terobosan (breaktrough oriented). Keahlian dalam terobosan ini tidak dalam bentuk proses bertahap, tetapi lebih kepada penggunaan Tujuh Kerangka Berpikir, sebagai berikut :
1. Originalitas dan Kemandirian
Pendekatan originalitas dan kemandirian ini menjadi dasar agar tidak selalu bertitik tolak pada permasalah biasa, tetapi masuk pada kondisi untuk mencari sesuatu yang baru dalam pemecahan masalah.
2. Menentukan Target
Menentukan target yang tepat dan berkonsentrasi kepadanya dengan menyortir kegiatan-kegiatan yang berhubungan langsung dengan target tersebut.
3. Memecahkan Masalah Berulang-ulang
Membuat model permasalahan yang terjadi, melakukan simulasi terhadapnya, dan mencoba model tersebut kepada permasalahan yang lain, lalu mensimulasinya kembali secara berulang-ulang, sehingga jawaban dari permasalahan yang terjadi memiliki sifat stabil.
4. Memiliki Sistem Khusus
Keberhasilan memecahkan suatu masalah akan memunculkan masa-lah lain. Hal ini karena satu masalah yang kita hadapi adalah bagian dari sistem permasalahan yang integeral, sehingga diperlukan sistem pemecahan masalah yang mencakup keleluasaan elemen dan dimensi permasalahan yang sedang dihadapi.
5. Mengumpulkan Informasi yang Akurat
Informasi yang akurat menentukan keberhasilan pemecahan masa-lah. Ini termasuk keahlian dalam mencari sumber informasi dan meracik berbagai informasi yang didapatkan.
6. Orientasi kepada Orang Lain
Pemecahan suatu masalah harus bersifat universal, sehingga setiap orang yang memiliki permasalahan yang sama bisa memecahkan masalah dengan menggunakan pendekatan yang pernah dilakukan pendahulunya.
7. Memperbaiki Jadwal dan Program Kerja
Kunci dalam memecahkan masalah yaitu menentukan tujuan atau target yang lebh besar, lalu menentukan pembaharuan sebagai antisipasi kemungkinan terjadinya masalah baru, lalu melakukan semua itu dengan keyakinan dan manajemen yang baik.
1. PENUTUP
Demikianlah penyajian materi Problem Solving yang bisa dikemukakan pada kesempatan, semoga mendatangkan manfaat dan dapat dipraktek-kan dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam memajukan organi-sasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah di Tanah Datar. Selamat bekerja, selamat berkarya.***

Jumat, 15 Mei 2009

AKH...KITA

0komentar
Sekarang kita berpikir dan mencoba merasakan. Kita ada. Kita dilahirkan, hidup, kemudian mati. Kita selalu begitu. Kita takkan berhenti. Tapi kita mati karena waktu. Dan itulah kita. Kita berjuang, berpetualang. Dalam jiwa-jiwa yang kesepian. Kita bercinta di atas impian dan angan. Kita biasa menjadi pemenang dalam suatu pertandingan dan menjadi pecundang pada pertandingan lainnya. Kita terdiam, karena kita selalu begitu. Sekarang, coba renungkan. Kita di sini untuk belajar hidup dan mati.

CINTA ITU SURGA

0komentar
Sesuatu itu kadang begitu indah untuk dilihat, dirasakan, dan dikenang. Seperti ketika aku melihat dan merasakan tentang apa itu cinta. Seperti sunlight atau twilight dengan cahayanya yang kemerahan. Sesuatu yang selalu indah dilihat kadang mudah menipu, seperti sebuah fatamorgana. Aku kadang begitu meresapi ini dalam-dalam, membawaku terbang melintasi angan, logika dan kenyataan. Lalu kemudian menghempaskan aku dalam-dalam. Begitulah cinta. Ia begitu saja menarikku masuk dikedalaman hati. Menyelami yang sebenarnya aku tak bisa. Cinta membuatku seperti orang bodoh yang sibuk dengan kebingungan.Ia terkadang membuat aku rata dengan tanah, setara dengan awan-awan, dan lebih tinggi dari langit. Ia membuatku mampu untuk menyentuh dan menyelami kedalaman hatinya. Aku bahagia, bolehlah disebut demikian. Tetapi hanya sementara, hanya sejenak aku disitu, diketinggian itu. Cinta juga yang membuat aku sadar, membuat aku mengerti, tentang apa itu cinta. Menghargai, percaya, cemburu, tangis, pertengkaran, marah, diam, meresapi, dan kemudian sadar bahwa cinta itu selalu begitu.
Kemudian cinta itu tiba-tiba hilang. Sembunyi dibalik kepekatan malam, kusutnya logika dan pengertian. Apakah dia takut lagi untuk meyakinkanku. Atau sepertinya dia tak punya sayap lagi untuk terbang dan menggodaku. Ah, manalahku tahu. Ia memang selalu begitu. Datang dan pergi dengan sesuka hati.
Kemarin sore ia datang kepadaku dengan membawa setumpuk harapan dan keyakinan. Disentuhnya hatiku ini dengan tangannya yang lembut itu. Seperti sebuah sentruman lisrtik, harapan dan keyakinan itu merasuk kedalam tubuhku. Lalu, tanpa berpaling lagi ia meninggalkan aku, pusing karana bergelut dengan harapan dan keyakinan yang ia berikan.
Kulihat sebuah pancaran indah dari sudut hati. Tak begitu tampak. Tersamar. Menyentuh aku dengan senyuman yang mematikan saraf-saraf otakku. Dengan tatapan mata yang menghujam jantungku. Hanya sejenak, kemudian diam. Lalu aku bertanya pada harapan dan keyakinan tentang apa maksud ini.
Dan jawabnya, "itu cinta."
" Cinta?"
" Iya! Itu cinta."
" Lalu dengan apa aku bisa menggapainya? Aneh, ia begitu indah, tapi aku bingung dan ragu."
" Pakailah kami, harapan dan keyakinan. Niscaya kau mampu untuk menggapainya."
" Benarkah?"
" Iya, cobalah!"
Dan aku pergi ke tempat yang tertinggi dari kehidupan ini. Kuambil harapan dan keyakinan itu, lalu kutelan mereka secara bersamaan. Sisanya aku lumurkan keseluruh tubuhku. Supaya Si Cinta dan Keindahanh tahu bahwa aku telah siap. Siap untuk mendekapnya.
Aku turun, turun kekedalaman hati. Mencari yang namanya cinta. Akan tetapi, ia menghilang, ia sembunyi lagi. Namun, aku dapat merasakan bahwa dia ada, tapi tak tahu dimana.
Aku lelah, aku menyerah, lalu aku tertidur untuk selamanya.
Tiba-tiba sebuah tetesan air kehidupan jatuh membasahi pipiku. Aku tersadar. Terasa sebuah sentuhan lembut menyentuh hatiku. Samar kulihat sebuah senyum merekah. Tatapan mata yang memberi hidup. Iya, itu cinta. ternyata dia sudah ada disini.
" Engkau kemana saja selama ini. Aku lelah mencarimu."
" Aku tidak pergi kemana-mana. Aku disini saja. Disampingmu, setelah sekian lama."
" Tapi aku tidak melihatmu."
" Engkau buta. Hatimu tertutup. Engkau tak mampu merasakan kehadiranku."
" Iya, aku buta. Tapi kuharap kali ini tidak lagi."
Sang cinta mengangkatku, membopongku, lalu menaruhku dipundaknya.Dan, cinta bersama-sama dengan aku terbang ke suatu tempat yang tinggi. Tempat yang selama ini diimpikan oleh semua orang. Tempat yang paling indah. Indah untuk dilihat, dirasakan, dan dikenang. SURGA.

***

SURGA. Akh....Itu hanya mimpi saja. Mana mungkin ada orang yang bisa merasakan surga jika ia belum menyentuh kematian. Atau paling tidak ia telah melewati tiap tahapan dari kematian itu. Sedangkan aku belum. Tidak mungkin cinta begitu tega membunuhku begitu cepat. Dan terlalu cepat kita berbicara tentang kematian. Buat ku kematian itu adalah hakikat, ia tak mungkin untuk dihindarkan. Sekarang tinggal kita memilih untuk menyerahkan nyawa ini kepada si Maut dengan cara yang seperti apa. Kuharap nanti aku mati dengan penuh cinta. Yah...mati dengan dikerubuti gadis-gadis cantik dari khayangan. Hahaha....ah mimpi. Sekarang kembali akan apa yang telah engkau perbuat selama hidupmu, apakah engkau hidup penuh cinta ataupun sebaliknya. Sesungguhnya aku ingin mati dengan cara yang sederhana saja.Seperti hendak tudur. Menutup mata, tersenyum dan lega meninggalkan mereka, puas karena telah mampu menyelesaikan yang harus diselesaikan. Kuharap juga tanpa air mata. Karena ia adalah kepalsuan, dan ia tak punya kuasa apa-apa terhadap waktu dan kemungkinan.

Aku mengantuk. Jika kupikir-pikir kematian itu datang seperti kantuk. Sangat sulit ditolak dan kita sangat menikmatinya. Dia sepertinya begitu sederhana. Bicara tentang kantuk, memang jam di dinding itu sudah menunjuk angka 01.45. Dini hari. Entah apa yang telah kuperbuat dari tadi, lupa. Iya, setahuku aku hanya duduk memandangi komputer dan menulis kata-kata yang tak jelas di dalam layarnya. Sekarang mataku sudah 5 watt. Aduh, kantuk ini begitu sulit dilawan. Tapi tetap saja aku tak bisa tidur. Insomnia? Ah, mungkin saja demikian. Bagiku itu tak masalah, aku sudah terbiasa seperti ini.

***
Aku bingung ketika dihadapkan pada persoalan hidup dan mati. Untuk dapat meresapi makna dari semuanya itu aku masih jauh dari sempurna. Hidup, aku sedang menjalaninya. Sedangkan mati aku belum sampai masih jauh. Yah...harapanku begitu. Masih banyak hal yang belum ku terima, lewati dan selesaikan dengan baik.Tentang semua ini ku serahkan saja pada waktu. Ia yang lebih berkuasa.

Suatu hari seorang anak kecil bertanya padaku tentang satu hal. Begini tanyanya,
" Bang, apa itu cinta?'
" Oh, cinta ya?"
" Iya."
" Menurut Abang, cinta itu situasi yang berada tipis antara hidup dan mati."
" Benar begitu bang?"
" Kemungkinan. Sebab ia Absurd. Seperti hidup dan mati itu."
" Oh. Aku tak mengerti bang."
" O ya? Menurutmu cinta itu apa?"
" Bagiku cinta itu adalah cinta. Ia tak dapat dibagi-bagi, diandaikan, ataupun diibaratkan. Cinta itu utuh. Ia tak pernah terlepaskan dari hakikatnya."
" Begitukah? Lalu siapa hakikatnya cinta itu?"
" Kita!"
Aku berpikir. Benar. Cinta itu ternyata begitu sederhana. Kadangkala kita sendirilah yang menyebabkan cinta itu begitu sulit untuk dimengerti. Ia tidak berada di antara utara maupun selatan, atau antara kehidupan dan kematian, tetapi berada pada keduanya. Anak kecil itu sedikit membuka pikiranku tentang cinta.

Anak itu, dia menghilang. Seperti purnama yang diterlan oleh awan hitam. Menjadi legenda bagi setiap hati dan jiwa. Ia telah menjelma menjadi sesuatu yang takkan pernah dilupakan. Kukira aku sudah tahu semua rahasia yang tersembunyi dibalik riak-riak kecil air, semilir angin, ataupun terik mentari. Ternyata aku salah. Aku belajar satu hal tentang itu.

Suatu hari aku dibawa pengertian untuk mendaki sebuah gunung yang tinggi sekali. Ada sesuatu, begitu jelasnya padaku. Sesampainya di puncak gunung itu ia memagangku, menekanku supaya berlutut.
" Engkau tahu alasan engkau di bawa kemari?"
" Tidak!", jawabku polos.
" Bagus. Memang engkau takkan pernah tahu."
" Apa maksudmu?"
" Aku hanya akan memberimu satu pertanyaan saja dan engkau harus menjawabnya dengan baik."
" OK. Tak masalah. Selagi itu tidak membuat aku gila."
" Engkau pasti sudah tahu tentang apa itu cinta. Dan aku yakin engkau sudah pernah merasakannya."
" Iya. Bekitulah sekiranya."
" Pertanyaan ini begitu sederhana. Apakah kau yaakin untuk menjawabnya?"
" Kucoba."
" Apa hubungan yang jelas antara cinta dengan kehidupan dan kematian?
Lama ku berpikir. Mungkin ini adalah akhir dari segalanya. Lalu aku maju dan menatap mata sang Pengertian dan menjawab.
" Iman, harapan, dan kasih."
" Mengapa demikian?"
" Iya. Itu adalah bentuk yang jelas antara cinta dengan hidup dan kematian. KArena mereka sangat bergantung pada kita manusia. Dan hal itu lah yang dapat membentuk manusia menjadi lebih manusia.
Kemudian sang Pengertian berlalu, diganti dengan sesosok bayangan cinta. Sosok yang begitu akrab bagi setiap orang. Akrab bagi remaja-remaja yang dimabuk cinta dini. Sang cintapun menyelimuti aku dengan sayapnya yang lembut. Seperti senyuman bayi ataupun orang tua renta yang memilukan.
Cinta sadar bahwa ia tak boleh sering diam dan acuh tak acuh dengan semua ini. Aku hanya melongo saja.Melihat sang Cinta yang kesulitan. Kasian si Cinta, ia harus berusaha sendiri untuk memenuhi hati-hati yang kosong itu. Tapi cinta tak pernah mengeluh. Ia tetap santai saja.
" Ini hidup kawan!"
Demikian ujarnya padaku suatu hari.
" Yah...ini hidup kawan."
Aku terkesan. Bukankan cinta itu memang sudah ada dalam setiap hidup?
Ah...Biarlah cinta itu kembali membawaku ke surga lagi. Ya...SURGA. Tempat yang bisa dilihat, dirasa dan diraba. Ya....Itu SURGA kawan.

PUISIKU

0komentar
Saya termasuk pemula dalam menulis puisi. Sesungguhnya saya sangat tertarik dengan menulis puisi, cerpen ataupun yang sejenisnya. Oleh sebab itu berikut beberapa puisi yang telah saya tulis.

ELEGI

14 Maret 2009 jam 1:08

Cintaku adalah perspektif yang tak jelas antara hasrat dan keinginan,
atau juga sebuah bagian dari kesalahan masa lampau...
yang kadang kala membuat aku seperti selembar ilalang yang terombang-ambing oleh angin.
Entah mengapa bagian dari episode ini terasa begitu memberatkan, begitu menyedihkan, begitu membingungkan!

Kadang juga melampaui batasan logika dan imajinasiku yang terlalu rentan terhadap perubahan.
Membutakan perasaan yang setiap saat membuatku melayang dan kemudian menghempasku begitu saja.
Apakah masih ada tangan-tangan yang terlalu baik untuk menggapai ini?
Coba kau diam, refleksikan, dan kemudian teriakkan!
Apa masih ada yang mau mendengar?

Sekarang cintaku seperti sunset, yang siap tenggelam kapan saja.
Atau jika masih ada seseorang yang bersedia menulurkan tangannya untuk menahan,
mungkin cintaku masih bertahan, menjadi sunset yang tetap indah, dan tidak tenggelam.

IN MEMORIAM

24 April 2009 jam 2:01

Aku tulis cerita ini dalam sebuah kertas,
tentang segala kenangan yang kemudian terlalu menyesakkan dada..
segala hal tentang kau..
tentang semua waktu yang telah habis dan terlewatkan.

Memang, kadangkala kita seperti tidak sedang bercinta
dan kita tidak membagi itu bersama.
Aku juga lelah dengan konsep-konsep yang kau tanam di dalam kepalaku,
seperti granat atau ranjau yang siap meledak kapan saja.
Aku bosan dengan celotehmu tentang malam,
yang kau sebut begitu indah dengan bintang-bintang.
tentang kerlap-kerlipnya....

Engkau begitu mudah menggapai semua itu,
sedangkan hatiku tidak...
tak pernah tersentuh sedikit pun.
tapi aku belajar mencintaimu...
dengan segala kebosananku padamu..
dan aku tak mampu, aku tak bisa...

Kita keluar dari konsep mencinta,
tentang berbagi, bercumbu, cemburu, marah, tangisan,
tentang malam-malammu,
tentang kebosananku...
Sekarang kita coba berpikir....
dan kita menjadi dua pribadi yang berbeda.

Biarlah aku berlalu seperti jarum jam yang berlari dari 12 menuju 3.
dan nyatalah sekarang..
kita sudah tak bersatu lagi...
Namun kau masih lekat di pikiranku...
hatiku...
jiwaku...
dengan malam-malammu yang penuh bintang itu.
Kita....
dua hati yang berbeda.

BULAN DAN AWAN

28 April 2009 jam 4:04

Dia terdiam...
menangis.
wajahnya seperti bulan yang tertutup awan...
begitu suram...namun masih indah.
terkenang olehnya tentang hatinya yang menghilang.
Terbawa dalam kepekatan malam yang di di cintainya.

Asanya telah membeku, membeku bersama hati dan cintanya..
kucoba untuk mencabut satu persatu duri yang menancap dihatinya,
berharap dan berusaha untuk mengais sisa-sisa puing hatinya yang utuh.
Namun, dia terlalu larut dalam kekosongan itu,
membuat awan hitam itu semakin pekat.

Kukatakan padanya aku adalah ahasveros,
dan kini aku akan berhenti menjadi ahasveros,
ku genggam erat sisa asa yang ada...
meyakinkan yang menghilang...
memberanikan diri menatap langsung bulan yang tertutup awan,
berharap dan berdoa agar sang awan segera berlalu.

Mungkin saat ini ia belum tahu,
karena awan itu masih di situ menutup pandangannya.
atau mungkin dia yang tak mau tahu, dan tak peduli...
bahwa sebenarnya aku cinta padanya.


MEMORIES OF


10 Mei 2009 jam 9:03

pernah....
aq ingat...
sedikit lupa memang,
tapi tak semua.
tentang sesuatu yang indah seperti kepak burung,
lembut seperti embun dan halus seperti aku.
kini...
semua menghilang,
terbang seperti kepak burung,
meresap seperti embun, dan hilang seperti aku.
semua ada,
kemudian menghilang,
seperti waktu,
hanya bisa ku kenang.
nanti.

TAKDIR

Sel 10:17

Takdir,
begitu namanya disebut.
begitu indah. kadang menakutkan.
ia mengawang. diluar logika.
kini dia datang, tanpa kupinta.
Besok aku kembali.
di luar segala mimpi,
kemudian tertidur,
dengan takdir ditangan dan lainnya menunggu depan pintu.

AKU

AKU,
berjalan diantara kepingan waktu,
menyusup ke dalam rongga kehidupan,
menerawang mencari sebuah arti.

AKU,
manusia pelempar jala,
mencoba menangkap semua, apa saja
tanpa terkecuali.

AKU,
masih meraba,
mencari mencari batasan yang jelas tentang semua ini.

AKU,
masih saja belum hidup, meskipun nafas masih saja berhembus.

AKU,
masih tetap diam, tak berbunyi.
kalau saja ku bisa, kan ku buka hati ini. biar semua yang ada di sana bisa melihat ke sini.

AkU,
masih butuh hidup sekali lagi.

Sastra Lisan Efektif untuk Instrumen Politik

0komentar
Yap, kali ini saya sengaja memposting tulisan ini cuma buat menuhin blog ini saja. Saya tertarik dengan wacana yang disajikan dalam tulisan ini.

www.TPGImages

JEMBER, KOMPAS.com--Sastra lisan dan folklor (tradisi) lisan dinilai efektif sebagai instrumen politik dan kehidupan sehari-hari di Indonesia.
"Sastra lisan dan folklor lisan punya peran penting dalam kehidupan sehari-hari," kata pengamat budaya, Dr Ayu Sutarto dalam acara bedah bukunya yang berjudul Mulut Bersambut, sastra lisan dan folklor lisan sebagai instrumen politik pada era Soekarno dan Soeharto, Kamis, di aula Fakultas Sastra Universitas Jember.
Menurut dia, dua tokoh besar di Indonesia yakni Soekarno dan Soeharto menggunakan folklor lisan sebagai instrumen politik selama masa pemerintahannya.
"Soekarno dan Soeharto menjadi sumber penciptaan sastra lisan dan folklor lisan di Indonesia," kata Ayu.
Ia menjelaskan, dalam wilayah politik, bentuk sastra lisan sering digunakan melalui ungkapan tradisional, pantun, dongeng, slogan dan propaganda politik.
"Folklor lisan dapat memberikan dampak yang luar biasa kepada masyarakat karena bangsa Indonesia masih dominan menggunakan sastra dan folklor lisan," katanya menerangkan.
Di era Soekarno, kata dia, folklor lisan yang disampaikannya menjadi penyemangat bangsa Indonesia untuk bangkit seperti rawe-rawe rantas, malang-malang putung (Berjuang mati-matian untuk kemenangan).
"Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menggunakan folklor lisan dalam menyampaikan slogan politik," katanya menambahkan.
Beberapa folklor lisan yang sering didengar dari Presiden SBY antara lain, bersama SBY bisa dan Lanjutkan.
"Sastra lisan dan folklor lisan dapat berdampak positif dan negatif sesuai dengan niat orang yang menyampaikannya," katanya.
Bedah buku sejumlah penulis dosen Sastra Universitas Jember merupakan rangkaian acara Pekan Chairil Anwar 2009 di Fakultas Sastra Unej.

Selasa, 21 April 2009

Pemimpin Ideal

0komentar
Belakangan ini orang-orang banyak membahas tentang siapa sosok dan kader pemimpin bangsa ini selanjutnya. Sosok yang kuat di mata rakyat Indonesia saat ini adalah Pak SBY. Memang pada awal hingga akhir kepemimpinanya SBY mengalami banyak cobaan dalam hal bencana alam, mulai dari tsunami, longsor, banjir bandang, situ gintung, lumpur lapindo, entah banyak lagi yang lain. Demikian juga dengan urusan finansial. Mulai dari krisis global, naiknya harga minyak bumi, serta kemiskinan dan urusan lainnya. Namun, sosok SBY ini dapat melewatinya dengan baik. Sangat jarang ada seorang pemimpin yang dapat melewati hal ini dengan mudah, kecuali para pemimpin dunia yang berhasil. SBY tidak hanya menghembuskan angin segar kepada rakyat Indonesia tetapi ia juga mamberi harapan yang jelas dan memberi arah yang jelas pula. Hal itu yang memungkinkan rakyat jatuh cinta padanya.

Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang melayani. Dalam artian dia bukanlah pelayan. Pemimpin itu tidak berharap ataupun memberi harapan, tetapi ia menggenapi harapan itu. Pemimpin yang baik tidak nenelantarkan ekspektasi dari rakyatnya. Ia harus menjadi pelayan bagi rakyatnya. Dan untuk mendapatkan pemimpin itu sangatlah sulit, terlebih jika melihat moral dan mental bangsa Indonesia saat ini. Kata-kata dan janji hanya sebuah retorika tak jelas, slogan-slogan busuk. Bagaimana mungkin menjadi pemimpin yang baik jika tidak tau kemana harus melangkah. Bagaimana mingkin jadi pemimpin jika masih korup? Korup terhadap dirinya sendiri terlebih-lebih terhadap orang lain. Menjadi pemimpin haruslah mendengarkan hati nurani rakyat juga hati nuraninya.

Sebenarnya rakyat tidaklah berlebihan tentang ekspektasinya. Cukuplah mereka hidup menderita, cukuplah mereka ditipu, cukuplah janji-janji kosong itu. Masyarakat sudah pintar.
Sekarang, banyak muncul orang-orang yang berusaha menjelma menjadi dewa penolong. Datang dengan wajah manis, melempar senyum ke segala penjuru bumi. Menghambur-hamburkan uang, janji, hutang. Mungkin saja masyarakat tertipu, tapi tidak untuk selamanya. Dan akhirnya orang-orang seperti itulah yang mudah hancur lebih dulu.

Sekarang, daripada memikirkan untuk memperebutkan kursi kepemimpinan ini, terlebih dulu para calon pemimpin ini merefleksikan dam memikirkan tentang apa yang menjadi ekspektasi dari rakyat Indonesia ini. Apakah saya sudah siap menjadi pemimpin yang melayani? Jika belum siap, mundurlah, dan dukung orang yang menurut anda siap untuk jadi pemimpin.
Karena bangsa ini tidak butuh retorika-retorika murahan, bangsa ini tidak butuh belas kasihan, tidak butuh perhatian. Tapi yang dibutuhkan bangsa ini adalah perubahan, berubah bersama-sama, maju bersama-sama.

Senin, 09 Maret 2009

KRISIS MORAL DAN BUDAYA DI TENGAH PANGGUNG DEMOKRASI

0komentar


Tanggal 9 April 2009 merupakan tonggak bersejarah bagi bangsa Indonesia, yaitu pemilihan secra langsung presiden dan wakil presiden untuk kedua kalinya setelah pemilu tahun 2004. Menghadapi perayaan pesta rakyat kali ini sebanyak 34 parpol siap bertarung untuk memperebutkan kursi legislatif di DPR dan setelah itu dilanjutkan dengan Pemilu kembali untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden untuk masa bakti 2009-2014.

34 Parpol bukanlah jumlah yang sedikit, semuanya mempunyai visi dan misi yang berbeda tetapi dengan tujuan yang sama, yakni seperti yang dikumandangkan di dalam pembukaan UUD 1945,sebagai berikut:

Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kembali ke masalah demokrasi tentang Kesejahteraan Sosial. Dalam konteks empiris, demokrasi harus kita kembalikan pada moralitas. Karena demokrasi bukanlah doktrin yang dipaksakan. Demokrasi harus dipahami dalam koridor moralitas, HAM, budaya dan rambu-rambu normatif (hukum), karenanya demokrasi tidak selalu dimaknai dengan kebebasan yang tak terbatas. Pemahaman tentang konsep demokrasi sekarang ini malah sebaliknya, demokrasi dimaknai sebagai suatu kebebasan yang sebebas-besasnya. Dengan keadaan seperti ini tidak heran apabila banyak sekali masalah yang terjadi dengan konsep dasar demokrasi yang salah.

Menjelang pesta akbar bangsa Indonesia pada tanggal 9 April mendatang berbagai isu serta permasalahan politik muncul ke permukaan. Misal, isu perdebatan terkait iklan maupun pernyataan politik juga mewarnai isu menjelang Pemilu 2009 beberapa waktu lalu. Sebut saja iklan partai demokrat yang mencoba menonjolkan keberhasilan SBY dalam menurunkan harga BBM. Begitu juga PDI Perjuangan mencoba menawarkan program sembako murah. Demikian juga partai Golkar. Jusuf Kalla seakan mendeklarasikan partainya sebagai ikon perdamaian konflik di wilayah Nusantara. Memang demikianlah kondisi bangsa ini ketika menjelang Pemilu. Perang iklan dan pernyataan politik yang saling menjatuhkan selalu dipertontonkan kepada rakyat. Apabila diamati betul-betul, apakah pantas sebagai calon wakil rakyat berbuat demikian? Baru sebagai calon sudah menunjukkan sikap tak pantas, apalagi jika terpilih nanti. Semuanya kembali lagi ke hati nurani masing-masing untuk menentukan siapa yang pantas menjadi wakil rakyat yang sejati.

Kasus lain yang sangat memprihatinkan terjadi menjelang pesta demokrasi sekarang ini adalah batal caleg. Seperti kasus calon anggota legislatif yang menjadi tersangka demonstrasi anarki pembentukan Provinsi Tapanuli, 3 Februari lalu, terancam batal proses pencalonannya. Namun, nama-nama calon legislatif yang jadi tersangka tetap tercantum di kertas suara. Menurut anggota Komisi Pemilihan Umum Sumatera Utara, Turunan Gulo, caleg yang menjadi tersangka demonstrasi anarki pembentukan Provinsi Tapanuli bisa batal pencalegannya karena tiga hal. ”Pertama, yang bersangkutan mengundurkan diri. Kedua, dia dipecat dari keanggotaan partai politik tempat dia mencalonkan diri. Ketiga, yang bersangkutan dijatuhi hukuman dengan putusan hukum tetap yang ancaman hukumannya di atas lima tahun,” ujar Turunan di Medan. Kemanakah moralitas bangsa menanggapai kasus ini, sepertinya semuanya itu sudah luntur termakan zaman. Visi dan misi setiap parpol yang pada intinya merupakan amanah yang harus di laksanakan berbuntut krisis moral hanya karena ulah sejumlah anggota parpol yang bermasalah.

Berdemokrasi yang baik adalah dengan menghargai hak-hak masing-masing warga negara yang mencakup harkat dan martabat kita sebagai bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai pancasila yang merupakan budaya bangsa. Pancasila sebagai pedoman hidup bangsa hanyalah teori yang patut dibanggakan saja tanpa ada aplikasinya. Seperti di dalam serat Kalatidha tergambarkan situasi krisis budaya pada saat itu baik krisis kepemimpinan, krisis keteladanan, etika, dan krisis budaya lainnya. Hal serupa juga terjadi di Indonesia, apalagi menjelang pesta demokrasi April mendatang. Bermodalkan materi dan popularitas sudah cukup bagi seseorang untuk mencalonkan dirinya sebagai wakil rakyat. Sebagai contoh, Pemilu 2009 ini ikut diramaikan juga oleh para selebritas kita, patut kita acungkan jempol. Namun niat baik yang mereka ambil menimbulkan berbagai persepsi tidak baik dari sebagian kalangan masyarakat. Satu di antaranya masalah budaya, para selebritas dianggap memberikan teladan-teladan yang kurang baik terhadap publik. Budaya berpakaian contohnya, ini merupakan adopsi dari budaya barat yang tidak tersaring oleh budaya lokal. Seperti kata kebanyakan orang “penampilan adalah karakter” Tidak dapat dibayangkan nantinya apabila wakil rakyat yang tepilih mengalami kebudayaan.

Dari yang dipaparkan di atas, semuanya kembali pada kita masing-masing, dalam menyelesaikan permasalahan itu. Dari demokrasi yang selalu disalah artikan sampai pada kebudayaan yang memperihatinkan, akankah kita turun ke jalan dan menuntut perubahan, ini adalah hal klasik. Sesuatu yang tidak pernah kita lakukan mungkin juga dapat kita lakukan, tetapi semuanya itu haruslah berlandas pada konsep demokrasi yang sebenarnya yang berlandaskan pancasila sebagai pedoman hidup berbangsa dan bernegara.

 

SUTIMBANG NGAWAN Blak Magik is Designed by sutimbang for smashing magazine Bloggerized by sutimbang © 2009